Sebagai seorang guru SD yang nantinya juga bakal jadi seorang ayah, saya masih memiliki mimpi untuk membuat buku cerita anak. Kenapa? Karena saya merasa usia anak-anak itu butuh yang namanya literasi, ketimbang lebih banyak menghabiskan waktu dengan gadgetnya.
Membuat buku cerita anak menjadi motivasi saya, ketika anak saya nanti seusia SD atau minimal sudah mengerti, saya bakal bacakan dongeng buatan saya, sebelum mereka tidur, yang bisa mereka ingat saat tua nanti.
Tapi pernah nggak sih mikir bagaimana cara membuat cerita anak?
Buat teman-teman yang juga punya minat yang sama untuk membuat cerita anak, berikut ini saya rangkum beberapa tips yang saya peroleh dari berbagai sumber.
Cara Membuat Buku Cerita Anak
Ada beberapa hal yang kudu dipersiapkan dalam membuat buku cerita anak. Berikut di antaranya:
Target Pembaca
Kalau saya, karena saya guru SD, jadi target yang ingin saya kasih buku cerita anak ini adalah anak-anak yang seusia SD, yakni antara 7-12 tahun.
Kenapa target pembaca itu jadi penting? Karena beda usia anak, beda pula kemampuan menangkap ceritanya. Jadi tidak semua cerita anak dapat dipahami oleh semua anak.
Anak-anak yang berusia di bawah 7 tahun biasanya lebih senang menangkap cerita yang gambarnya lebih dominan ketimbang kata-katanya. Karena di usia segitu anak-anak barusaja mengenal huruf, ada yang sudah bisa membaca memang, namun belum sefasih anak-anak yang usianya berada di atasnya.
Meskipun masih ada juga anak usia 7-12 tahun yang masih belum bisa membaca. Biasanya emang termasuk anak yang luar biasa yang seperti ini.
Pemilihan Tema
Kalau sudah nemu targetnya siapa, kemuduan cari tema buku cerita anak yang akan dibuat. Tujuannya supaya buku cerita anak ini arahnya lebih jelas dan lebih terarah.
Misalnya tema yang akan diangkat tentang kuliner, kita bisa masuk ke dalam perspektif anak-anak, apa sih yang biasanya anak-anak pikirkan kalau mendengar jajanan nusantara, lalu dikemas dalam cerita dengan menggunakan sudut pandang anak, dan bahasa yang tentu harus dapat dipahami oleh usia mereka.
Buat Kerangka Cerita
Untuk memudahkan kita dalam membuat cerita yang lebih terarah, sebaiknya buat pula kerangka cerita. Ini akan membantu kita mengingat-ingat beberapa ide yang pernah terpikirkan, yang akan kita tuangkan ke dalam suatu buku cerita utuh ke depannya.
Buat Pengembangan Cerita
Meski anak-anak, mereka biasanya sudah paham beberapa ekpresi seperti marah, sedih, senang, dan sebagainya. Maka membangun pengembangan suatu cerita yang menarik tentu dapat membuat anak yang membacanya akan merasa mendapatkan pengalaman baru dari buku cerita yang sedang dibacanya.
Kita bisa memulainya dengan pembukaan yang halus, lalu perlahan masuk ke pokok permasalahan, jangan terlalu bertele-tele karena nanti hanya akan membuat anak jadi bingung, dan berikan pula solusi dari pokok permasalahannya, sehingga anak dapat belajar dari pengalaman tokoh yang dibacanya.
Berikan Pesan Moral
Pesan moral itu penting, namun jangan pula memberikan pesan moral yang terang-terangan dalam cerita yang akan kita buat. Dari pada menuliskan kalimat, “Jangan mencuri, itu tidak baik!” yang hanya akan membuat anak jadi merasa digurui. Alangkah baiknya disampaikan dengan cara bercerita, “Ketika Petu memiliki kesempatan buat mengambil uang Akbar, Petu mengurungkan niatnya itu, karena Petu tahu uang Akbar harus dipakai untuk membelikan kado orangtuanya yang sedang sakit.”
Biarkan anak mendeskripsikan sendiri pesan apa yang terdapat pada cerita.
Seimbangkan Cerita dan Gambar
Usia anak-anak biasanya emang lebih suka melihat gambar. Maka sebagai pengarang, sebaiknya kita harus menyeimbangkan antara cerita dan gambar pada buku.
Gunakan kalimat seefektif mungkin supaya dapat dipahami dengan mudah oleh anak-anak. Dan adanya gambar dapat mendukung atau membantu anak supaya bisa dengan mudah memahami cerita yang diberikan.
Jangan Terburu-buru
Menulis cerita anak membutuhkan waktu yang banyak. Karena kita perlu berhati-hati dalam membuat ceirita. Jika tidak, kemungkinan yang akan muncul adalah kita sedang menceritakan tokoh anak-anak dari sudut pandang orang dewasa. Bukan orang dewasa yang sedang menulis cerita untuk anak-anak. Jadi perhatikan baik-baik setiap plot yang akan kita buat.
Perhatikan pula Keunikan Cerita
Sebagai pengarang kita harus punya selling point sendiri, agar cerita yang kita buat dapat dengan cepat dilirik oleh penerbit. Maka perhatikan keunikan cerita, semakin unik cerita yang kita buat tentunya akan semakin menarik perhatian banyak masyarakat untuk membaca buku cerita tersebut.
Kita bisa menemukan ide cerita dari berbagai hal, mulai dari lingkungan sekitar, pengalaman pribadi, atau dari film-film yang pernah kita tonton.
Cari Penerbit yang Cocok
Kita bisa menerbitkannya indie ataupun mayor. Kalau memilih indie, perhatikan pula siapa yang harus menjadi ilustratornya. Berbeda dengan penerbit mayor yang sudah memberikan fasilitas tersebut, indie lebih menguras tenaga kita.
Jadi ada baiknya, hunting penerbit yang sekiranya cocok untuk menerbitkan buku cerita anak yang telah kita buat. Beberkan semua keunggulan, dan perbedaan dari buku sejenis. Supaya penerbit mau bekerjasama menerbitkan buku kita.
Pertmbangkan Harga
Umumnya standar harga buku cerita anak itu adalah sekitar Rp30.000,- semakin murah harganya biasanya akan semakin laris, maka dari itu kita wajib menjadikan pertimbangan harga yang sudah ada di pasaran, supaya buku kita juga dapat terjual seperti yang kita harapkan.